Untuk pesanan min Rp 999.000
Jika barang Bermasalah
Pembayaran aman 100%
Dukungan khusus untuk anda
Mendukung layanan hadiah
Untuk pesanan min Rp 999.000
Jika barang Bermasalah
Pembayaran aman 100%
Dukungan khusus untuk anda
Mendukung layanan hadiah
Yuk Jual Beli di LapakNgapak, Daftar Sekarang!
Trending : #kaos#elektronik#pria#komputer#jam-tangan
Kamis, 15 Sep 2022, 19:06:42 WIB / By David Mafazi
Alhamdulillah akhirnya aku keterima masuk
Universitas gaes, bukan SNMPTN sih, tapi lewat jalur prestasi. Prestasi menari,
dulu pernah menang lomba pas kelas 11. Lomba nari tingkat nasional.
Saat seleksi aku tidak berharap banyak karena
juara 3, ternyata aku keterima =D
Lalu kami dibuatkan grup WhatsApp oleh panitia.
Ternyata, dari 20 anak yang keterima melalui jalur prestasi, sebagian besar
yang masuk adalah orang tua murid. Lalu orang tua murid memberikan nomor
anaknya ke grup, lalu beliau keluar dari grup. Aku gak habis pikir, dari awal
mendaftar sudah ada tulisannya “nomor telepon genggam Anda”. Mengapa masih
memasukkan nomor orang tuanya. Ada juga yang mengatakan bahwa anaknya masih di
pondok sehingga tidak memiliki telepon genggam. Rencananya setelah dimasukkan
ke grup, maka akan mulai diatur wawancara via zoom.
Setelah menginformasikan waktu wawancara via
zoom, beberapa orang bertanya “Maaf pak, saya sudah Install zoom, bagaimana
cara mendaftarnya”? ada lagi “pak saya tidak punya komputer, boleh pakai
Handphone saja”? “pak ini zoomnya gak ada yang berbahasa Indonesia”? “Pak, Saya
tidak punya komputer, boleh pakai Handphone”? aku sampai sakit perut bergabung
di grup tersebut.
Akhirnya sesi wawancara diputuskan menggunakan
WhatsApp call, padahal lebih nyaman menggunakan komputer. Belum selesai tertawa
lalu ada pesan dari panitia yang intinya adalah informasi selengkapnya terkait
ketentuan akan disampaikan kemudian. Dibawahnya ada yang menimpali “Apa saja
yang perlu dipersiapkan untuk besok”? padahal baru saja ditulis akan
disampaikan kemudian apakah ini anak lulusan SMA bisa membaca?
Lalu panitia kembali menyampaikan pesan
“Tolong untuk semua peserta, foto DP wajib menggunakan fotonya sendiri”. Ada
yang bertanya “Pak, Foto DP itu apa”? dijawab sama temannya “Foto Profil” “itu
lho gambar naruto yang kamu pakai di WhatsApp”! aku ingin segera keluar dari
grup ini rasanya =(
Hari berikutnya semalaman grup tersebut ramai,
anak-anak membahas dai mana, prestasinya apa, tanya ada dari daerahnya enggak,
nanti kalau ke Semarang bareng ya. Kalau aku jadi adminnya sudah kubuat posting
hanya oleh admin grup =(
Namun hal seperti ini wajar, karena menurut penelitian
WMEN Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara terkait kemampuan memahami
kalimat. Satu tingkat diatas Botswana dimana kita tidak tahu ini negara berada
dimana.
Negara Indonesia memang darurat membaca,
bahkan aku sendiri tidak yakin ada yang akan membaca tulisan ini :/
Bila ditarik ketempat lebih serius, darurat
membaca ini berarti ia bisa membaca, namun tidak bisa memahami artinya. Padahal
tutorial di Internet yang berbahasa Indonesia saja bertebaran, namun tetap
tidak bisa menyelesaikan permasalahannya. Tutorial menggabungkan video.
Tutorial membuat gambar menggunakan autocad, tutorial mendownload dari website
ini. Tutorial menjadi Mitra Jaski, dan tutorial menjadi teman Jaski. Sebenarnya
ini bukan masalah orang Indonesia saja, di dunia juga sama saja, bukannya malas
membaca, cuman setelah membaca juga tidak paham, karena konsentrasinya per
kata, bukan makna didalam kata.
Contohnya begini. Apakah Anda bisa 2 bahasa?
Misal bahasa Indonesia dan bahasa sunda, atau bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Ajak ngobrol orang lain menggunakan bahasa Indonesia, lalu setiap orang lain
ngomong, Anda otomatis rubah menjadi bahasa jawa atau bahasa Sunda. Pasti di
akhir percakapan Anda akan bingung orang tersebut berbicara apa. Sama seperti
membaca. Membaca itu tidak dibaca, membaca itu hanya menyapu kata-kata yang ada
dilayar. Dengan demikian Anda akan lebih cepat paham apa yang tertulis. Selamat
mencoba.
Tags : pengembangandiri